Friday, September 22, 2017

Penyakit Saya GERD, Obat dan Kisah nya Hampir Sama dengan Cerita Ini

NAMANYA gastroesophageal reflux disease (GERD). Penyakit gangguan lambung itu memang belum awam di kalangan masyarakat. GERD telah digolongkan dalam ICD (international classification of diseases) tersendiri yang membedakannya dengan penyakit mag biasa. Gejalanya mirip penyakit jantung. Penderita akan merasakan panas terbakar di bagian dada (heartburn), sesak, kerongkongan pahit, perut terasa penuh, mual, dan sebagainya.

Dokter Hadi Wandono SpPD KGEH, spesialis penyakit dalam RS Haji Surabaya, menyampaikan, GERD terjadi karena adanya asam lambung yang berbalik menuju ke atas, mengarah ke saluran cerna (mukosa) antara kerongkongan dan lambung.

Peristiwa naiknya asam lambung tersebut mengakibatkan sensasi panas seperti terbakar di rongga dada. ’’Ketika asam lambung bereaksi dengan mukosa, akan terasa pahit atau kecut di pangkal mulut,’’ ujar Hadi.


Naiknya asam lambung ke saluran cerna bisa dipicu banyak hal. Antara lain, faktor makanan yang memicu peningkatan asam lambung. Contohnya, makanan pedas, kecut, asam, atau bersantan.
Selain itu, ungkap Hadi, kenaikan atau reflux asam lambung ke saluran cerna atas bisa disebabkan disfungsi lower esophageal sphincter (LES). LES adalah cincin penghubung antara lambung dan kerongkongan yang berperan saat kontraksi mendorong makanan menuju lambung. Saat sphincter mengalami disfungsi, celah tersebut gagal menghalangi asam lambung untuk menuju ke saluran cerna atas. ’’Gangguan sphincter juga bisa dipicu penggunaan obat asma berlebih,’’ kata Hadi.

Pendapat tersebut juga diperkuat dr Ulfa Kholili SpPD FINASIM, staf Divisi Gastroentero-Hepatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUD dr Soetomo, Surabaya. Selain makanan pedas atau kecut, peningkatan asam lambung dipicu konsumsi minuman seperti kopi, soft drink, serta alkohol. ’’Termasuk gorengan, cokelat, atau sayur-sayuran yang mengandung gas seperti rebung atau sawi,’’ jelas perempuan yang juga berpraktik di RS Royal Surabaya itu.

Konsumsi berlebih obat-obat nonsteroid, ujar Ulfa, juga bisa memicu peningkatan produksi asam lambung. Obat-obatan golongan itu, antara lain, obat antinyeri seperti jamu pegal linu atau anti peradangan.

Penyebab lainnya, kata Ulfa, bisa infeksi bakteri Helicobacter pylori yang menempel di dinding lambung. ’’Itu adalah satu-satunya bakteri yang bisa bertahan dalam kondisi yang sangat asam di lambung dengan pH kurang dari 4,’’ ujarnya.

Sempat Drop saat Didiagnosis Jantung

HERLIEN Chrystijani baru mengetahui bahwa dirinya terkena Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) pada Maret tahun lalu. Sebelumnya, ibu dua anak itu menyangka menderita jantung koroner sehingga sempat menjalani pengobatan.

’’Gula darah sampai turun drastis, sering pusing, kaki-tangan dingin, dan detak jantung cepat,’’ ungkap Herlien. Waktu itu dia menjalani opname di salah satu rumah sakit di Surabaya. Setelah beberapa hari tidak ada perubahan, Herlien kembali mendatangi unit gawat darurat (UGD) rumah sakit lainnya untuk diobservasi.

’’Setelah diobservasi dan evaluasi selama 5–6 hari, saya baru dinyatakan menderita GERD oleh dokter,’’ katanya. Jika diruntut, Herlien sebelumnya memang memiliki riwayat penyakit mag. Meski sudah menjalani pengobatan, Herlien menyatakan, mag yang diderita belum tuntas.

Penyakit yang diderita disadari Herlien sebagai buah dari pola hidup kurang sehat yang dijalani sebelumnya. Salah satunya kebiasaan langsung tidur setelah makan yang dilakoni dalam waktu cukup lama. ’’Dulu, setiap pulang kerja pasti malam. Sehabis mandi dan makan, saya langsung tidur karena kecapaian,’’ ujar perempuan berusia 57 tahun tersebut.

Selain itu, lanjut Herlien, dirinya tergolong pencinta masakan pedas. Tidak ada menu makanan yang dilewatkan tanpa sambal. Jadi, perempuan yang bekerja sebagai asisten apoteker itu sehari-hari sangat akrab dengan cabai. Makanan kecut dan asam seperti rujak pun tidak luput dari kegemarannya. ’’Sekarang baru terasa dampaknya,’’ tutur Herlien.

Setelah menjalani pengobatan GERD, Herlien merasa jauh lebih baik. Dia secara rutin mengonsumsi obat-obatan untuk menekan produksi asam lambung. Kebiasaan tidur dan pola makan pun diubah. Herlien mengatur jam makan agar lambung tidak kosong dan memicu asam berlebih. ’’Makannya sedikit-sedikit tapi sering,’’ ucap istri Ir Soeparno tersebut.

Tip lainnya, ujar Herlien, dirinya mencoba beberapa resep herbal yang dipercaya secara turun-temurun mampu mengobati penyakit lambung. Salah satunya mengonsumsi pisang kepok merah. ’’Saya pilih yang agak mengkal. Alhamdulillah manjur,’’ ungkapnya.

Alternatif lain adalah rutin meminum air rebusan temulawak serta madu dan kunyit. Untuk kunyit, cukup diparut, lalu diperas, kemudian diminum bercampur madu. Ramuan-ramuan tersebut dirasa Herlien cukup membantu memelihara lambung dan menjaga daya tahan tubuh.

Faktor lainnya yang berpengaruh adalah psikologis. Perasaan yang tenang dan rileks mampu membuat segala penyakit menjauh. ’’Mendekatkan diri pada yang kuasa dan tetap menjaga komunikasi dengan lingkungan sekitar. Harus selalu jauh dari stres dan menyugesti diri, aku nggak apa-apa,’’ jelasnya.

No comments:

Post a Comment